Ini bukan soal cepat, hemat atau maksiat, pun tentang ganasnya sisi jalan yang memilin utara Jawa, ini tentang garangnya panser ibukota yang dirasa masih tepat bagi sang empunya. Mesin pacu yang terus menderu menopah jutaan serdadu pencari harapan,tidak kenal waktu dia terus melaju, dengan suara gagah yang menghembuskan gumpalan timbal dari corongnya.Tak ada yang bisa menandingi kegagahan sang panser ini, terus menerobos lalu lalang didepannya, tak peduli apa yang menghadangnya, tak peduli bahaya yang dihadapinya, yang dia tau hanya satu, sampai ke tujuan dengan membawa pundi pundi harapan. Harapan yang ditujukan bukan hanya kepada sang pengendara panser, tapi juga kepada pemakai jasa panser tersebut. Rata-rata dari mereka memilih kendaraan ini dibanding kendaraan yang menjanjikan kanyamanan yang berlebih, panser ini dapat mengantarkan mereka ke tempat yang dituju dengan lebih cepat tidak hanya itu panser ini juga bisa memuat apa saja jangankan manusia, alat-alat berat kantor, elektronik, sayuran, hasil tangkapan laut, mainan anak, bahkan sampai almari pun dapat ditampungnya, sungguh betapa tangguhnya kendaraan ini.