Sunday, April 27, 2014

Pantura, secuil sejarahnya.

Menyambung tulisan Nyawa Pantura Nyawa yang telah tayang beberapa saat lalu, ternyata banyak sejarah yang belum terungkap di jalur ini.

“Bila ingin majukan ekonomi, bangunlah jalan”. Mungkin pepatah Cina kuno itu yang ingin diterapkan pemerintah Kolonial Hindia Belanda waktu itu. Rempah nusantara itulah salah satu alasan pembangunan jalan pos (yang kemudian dikenal dengan pantura). Tahapan pertama, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke 36 itu membangun poros Batavia - Banten pada 1808. Dibarengi pembangunan pelabuhan di sisi utara yaitu Merak dan disisi selatan di Ujung Kulon. Jalur ini melalui Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Pulosari, Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor). Kemudian tahap kedua,1809 dari Anyer melalui Pandeglang jalan bercabang dua menuju Serang (utara) dan Lebak (selatan). Dari Serang, rute selanjutnya Ke Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon hingga Panarukan. Pembangunan ini bukan berarti tanpa percabangan lain yang dibangun. Masih banyak percabangan lainnya sebagai pendukung faktor ekonomi tersebut.

Kita lihat kondisi lainnya di Eropa untuk menengok faktor penyebab kedua. Era Napoleon Bonaparte, sang penguasa legendaris Perancis (1799 – 1815) terjadi peperangan, penyerbuan ke beberapa wilayah Eropa, salah satunya ke Belanda. Atas perintah khusus dari Ratu Belanda dan saran dari Napoleon, dipanggillah Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dan inilah alasan kedua pembangunan jalan pos tersebut adalah mempertahankan Jawa ataupun Hindia Belanda dari serangan Inggris. Karena pada waktu itu Inggris lah yang belum tunduk kepada Napoleon. Dan beberapa kali armada Inggris telah muncul di Batavia ataupun bagian lain pulau Jawa.

Di beberapa ruas, pembangunan jalan tersebut hanyalah proyek penyempurnaan oleh Daendels karena merupakan bagian dari jalan desa yang dirintis dan ditempuh pasukan Sultan Agung saat menyerang Batavia tahun 1628 dan 1630.

Daendels menempatkan pos-pos disetiap ruas jalan setiap sekitar 30 – 40 km yang bertujuan untuk pemberhentian sementara lalulintas barang komoditas. Dalam pos tersebut biasanya menjadi tempat pergantian kuda yang membawa kereta pos. Menurut cerita, Daendels menanami setiap jarak 25m dengan pohon asam dipinggir jalan, hal ini dimaksudkan agar badan jalan tetap terjaga.

Dalam pembangunan jalan pos ini.. banyak peristiwa yang melatar belakangi, banyak intrik politik serta konflik militer yang mengiringi, peran Napoleon sebagai penguasa sebagian besar Eropa saat itu sangat besar, dan ribuan korban melayang dalam giga proyek ini.

Pantura, semoga tak ada korban lagi disana.

Tentang Penulis:
Nama: Herris
Twitter: @herristiawan

No comments:

Post a Comment