Tuesday, January 7, 2014

1 dari 1001 pesona pantura.

Memang pantura selalu sibuk. Liburan dibebani bus AKAP dan pariwisata, hari biasapun beban pantura tetap saja berat karena pantura adalah urat nadi transportasi utama di pulau Jawa. Dengan beban yang  begitu berat diimbangi beban para penduduk yang bermukim di kiri kanan pantura maka jadilah pantura seperti ladang subur mencari nafkah.

Selain kuliner masih ada pesonanya yang bagi sebagian orang memang mempesona. Apalagi kalo bukan wanita. Entah sejak kapan warung-warung itu berdiri, gubug-gubug itu bernyayi, kita ngga pernah tau pasti. Tapi tengoklah ruas Indramayu, dimana jalananpun seperti etalase. Pangkalan-pangkalan truk area Alas Roban pun tak luput dari ekspansi bisnis mereka. Bahkan kelapa muda pun ada yang bercita rasa kecup peluk hangat.

Mereka bersembunyi didalam bisnisnya yang terlihat. Tapi begitu sobat mulai mempermainkan kata, mereka akan membuka penawaran harga. Bagi yang sudah sering melewatinya tentunya ngga susah menentukan mana warung yang mengenyangkan dan mana warung yang memuaskan.

Eits, jangan menghakimi pekerjaan mereka dulu sob. Kita kupas sebabnya dulu agar terlihat fair. Mereka rata-rata lulusan SLTP, dari keluarga kurang mampu dan kurang berpendidikan, kurangnya pengetahuan membuat mereka mengambil jalan pintas itu.

“Mau kerja apa lagi yang gampang dan cepet dapet duit banyak ya begini ini. Adik masih butuh biaya sekolah, jangan sampe deh adik saya nyasar kayak saya ini”. Itulah rata-rata jawaban mereka. Ekonomi menjadi alasan kuat bagi mereka untuk tetap begitu. Dengan asumsi sehari rata-rata 2 users maka pendapatan kotor mereka berkisar 200K – 250K. Hmm.,mana ada perusahaan yang mau menggaji 200K-300K perhari?!

Karaoke dan pub pinggiran tersebar di sudut pangkalan truk. Tidak dapat dipungkiri disitu tempatmelepaskan penat bagi supir-supir. Mereka yang lelah, mereka yang penat, mereka yang jauh dari keluarga (baca : istri) dan mereka menjadi konsumen yang pemurah bagi gadis-gadis pantura.

Sobat, bersyukurlah kalian yang melewati pantura dengan rasa senang. Karena diluar kendaraan yang sobat naiki, ada wanita-wanita yang berjuang mengorbankan rasa demi hidup.

Tentang Penulis:
Nama: Herris
Twitter: @herristiawan

No comments:

Post a Comment