Friday, January 24, 2014

Panser Pesisir.

Ini bukan soal cepat, hemat atau maksiat, pun tentang ganasnya sisi jalan yang memilin utara Jawa, ini tentang garangnya panser ibukota yang dirasa masih tepat bagi sang empunya. Mesin pacu yang terus menderu menopah jutaan serdadu pencari harapan,tidak kenal waktu dia terus melaju, dengan suara gagah yang menghembuskan gumpalan timbal dari corongnya.Tak ada yang bisa menandingi kegagahan sang panser ini, terus menerobos lalu lalang didepannya, tak peduli apa yang menghadangnya, tak peduli bahaya yang dihadapinya, yang dia tau hanya satu, sampai ke tujuan dengan membawa pundi pundi harapan. Harapan yang ditujukan bukan hanya kepada sang pengendara panser, tapi juga kepada pemakai jasa panser tersebut. Rata-rata dari mereka memilih kendaraan ini dibanding kendaraan yang menjanjikan kanyamanan yang berlebih, panser ini dapat mengantarkan mereka ke tempat yang dituju dengan lebih cepat tidak hanya itu panser ini juga bisa memuat apa saja jangankan manusia, alat-alat berat kantor, elektronik, sayuran, hasil tangkapan laut, mainan anak, bahkan sampai almari pun dapat ditampungnya, sungguh betapa tangguhnya kendaraan ini.

Melaju dari ufuk timur sampai kerasnya pesisir tanpa mengeluh, sang panser tetap melaju, demi mengantarkan penumpang sampai ketempat tujuan dia tidak kenal lelah, namun tak jarang ketika tak sanggup melaju lagi dia mengistirahatkan dirinya di sisi jalan untuk sekedar beristirahat sejenak. Namun apabila dia beristirahat berarti dia melewatkan banyak sekali pundi pundi harapan. Setiap harinya dari mulai sang fajar menampakkan wujudnya sampai rembulan memanggil sang panser tetap beroperasi dalam koridornya. Ketika pagi mulai tampak banyak sekali orang yang menungu kedatangannya dan memakai jasanya mereka pun berasal dari berbagai kalangan dari yang muda sampai yang tua dari si miskin sampai si kaya bahkan tak jarang para pengecut dibalik lencana pun memakai jasa panser ini. Pada pagi hari tak usah muluk muluk dapat duduk dengan santai dalam panser cukup mendapatkan celah untuk menaikinya saja sudah sangat beruntung rasanya mengingat tingginya animo yang menggantungkan nasibnya pada panser tersebut, tapi tak jarang pula terlontar seruan dari sang juru penagih ongkos panser seperti

‘’ Masuk lagi, geseran kedalem masih kosong’’
‘’ Tasnya taro depan aja mas nanti ada copet’’
‘’Tahan dulu banyak anak kecil sama perempuan!!’’

Meskipun seruan tersebut selalu dilantunkan tetap saja jauh dari realita kata ‘’kosong’’ dan juga jangan heran kalau anda akan mencium semerbak harumnya bulir keringat yang teramat sangat, jadi kalau mau dinilai pengguna panser pun hanya untuk orang-orang tangguh dan tahan banting juga, bagaimana tidak bisa dibayangkan betapa penuh sesaknya disana dan juga aroma yang diciptakannya belum lagi kalau kalau ada pihak pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan untuk berbuat yang bukan selayaknya, jadi hanya orang tangguh yang tersesatlah yang menggunakan panser ini. Pada kenyataannya, walaupun banyak kekurangan disana sini, omongan miring akan ini itu, dan kondisi armada yang tidak dapat dibilang baik, kendaraan ini punya sejuta manfaat bagi kaum yang membutuhkannya. Ya, aku pun mengakuinya kendaraan ini memang cukup tangguh, panser dalam balutan besi tua hibah negeri sakura yang berlebelkan nomor 43 diatasnya memang punya sejuta manfaat dibanding mobil mewah yang tidak memberi manfaat bagi ribuan umat di kerasnya ranah ibukota. Dibalik selentingan kendaraan umum ibukota tidak nyaman, toh mereka tetap bisa tebuai hingga alam mimpi bila naik kendaraan umum, apa itu tidak nyaman?janganlah banyak cakap bila tidak ada sikap, jangan mengeluh macet bila naik kendaraan umum saja enggan. 

#WeAreUsingPublicTransport

Tentang Penulis:
Nama: Faisal Umar
Domisili: Jakarta
Pekerjaan:Mahasiswa
Twitter: @faisalumaar

No comments:

Post a Comment